Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barakhatuh... AHLAN WA SAHLAN,

sahabatku, mohon maaf jika ada khilaf dalam penulisan blog ini.
Home » » PAK BANI DAN PEMBUKTIAN CINTANYA Oleh: Rudiya Oktar

PAK BANI DAN PEMBUKTIAN CINTANYA Oleh: Rudiya Oktar

Written By Rudiya Oktar on Selasa, 25 Maret 2014 | 07.19

Pak Bani bersama istrinya bu Suminem

Hari ini saya sengaja meluangkan waktu untuk silaturahim ketempat pak Bani, seorang pedagang salome (bakso ojek) keliling. Saya memang beberapa hari yang lalu sempat berjanji untuk mengunjungi  rumah beliau di kawasan Gemolong, Sragen, Jawa Tengah. Ketika waktu dhuhur  tiba, saya mampir ke masjid Al-Hidayah  di dusun Pantirejo, Tegaldowo, Gemolong untuk sholat berjama’ah. Saat sholat, yang menjadi imam adalah seorang lelaki berusia sekitar 60-an tahun. Lelaki itu adalah Muslih Saebani atau lebih akrab dipanggil pak Bani, seseorang  yang akan saya temui. Ya… rumah pak Bani memang  berada di dekat masjid tersebut.  Mungkin banyak orang tidak mengira pedagang keliling yang sangat sederhana itu adalah salah satu imam masjid yang cukup besar. Imam sebuah masjid yang  terletak dipinggir jalan Gemolong – Plupuh, kira – kira beberapa ratus meter dari jalan Gemolong - Sragen.
“Kok lama nggak lewat daerah sini pak?” tanyaku pada lelaki pedagang salome keliling yang lewat depan rumah beberapa hari yang lalu. Seorang lelaki yang mulai menua dan harus mengayuh sepeda onthelnya keliling wilayah Gemolong dan Kalijambe untuk menjajakan dagangannya. Sedikit prediksi saya, tiap hari lebih dari 10 km pulang pergi jarak yang harus ditempuhnya.  Pagi beliau belanja, memasak, mengurus istrinya yang sakit dengan telaten, sementara siang hingga malam berkeliling. Kehujanan, kepanasan, terjatuh karena terserempet kendaraan adalah kisah – kisah yang menyertai perjalanan hidupnya. Rata – rata tiap hari pk.24.00 wib beliau baru bisa beristirahat. Sungguh lelaki tangguh menurut pandanganku.
“Nggak mas, ibu sedang rewel,” jawabnya.
“Gimana kesehatan ibu?” tanyaku kepada lelaki itu yang istrinya, ibu Suminem sakit stroke sejak kurang lebih 5 tahun yang lalu.
“Ya, masih seperti kemarin”.
“Kalau ditinggal jualan, ibu ada yang menemani nggak?”
“Di rumah sendirian”.
“Kasihan beliau, kalau mau butuh apa – apa gimana, pipis misalnya?”
“Ya pipis ditempat, tapi sesekali di jenguk anak saya yang juga tinggal satu kampung untuk mengganti popok”, sambung ayah empat anak ini. Anak-anak beliau tinggal di sekitar kampung tersebut dan satu ada yang di Ngawi Jawa Timur.
“Nggak pakai pampers pak?”
“Wah, saya nggak kuat beli mas. Cuma pakai sobekan jarit (kain batik untuk bawahan wanita Jawa) saja”.
“Kasihan ya pak, pasti tidak nyaman?”
“Lha mau gimana lagi?”
            Seusai shalat, saya lalu bergegas menemui beliau. Setelah ngobrol beberapa saat, saya kembali mengutarakan niat selain silaturahim, juga ingin sedikit membantu mengadvokasi bantuan dari lembaga social  maupun individu yang mungkin berkenan membantu. Beliau menyetujui ide saya tersebut, siapa tahu jika Allah mengijinkan, ikhtiar kecil ini bisa sedikit meringankan beban beliau.
“Kali ini saya benar – benar nol mas, semalam sedang kena musibah”.
“Kenapa pak?” tanyaku.
“Semalam ada  2 orang pemuda yang beli dagangan saya Rp 5 ribu, dia bayar pakai uang seratusan ribu. Saya minta pakai uang kecil katanya nggak ada. Terpaksa saya ambil uang di dompet, mau bohong takut dosa. Sebenarnya saya curiga dengan uang seratus ribu tersebut, namun saya takut di apa – apain, karena waktu sudah larut malam. Tadi pagi mau saya belanjakan ke pasar nggak laku, karena uangya palsu. Padahal itu modal saya berjualan”.
Ada gerimis yang menusuk – nusuk ruang jiwaku siang itu. Kenapa orang begitu tega mendholimi sesamanya. Modus lama, peredaran uang palsu dengan cara membelanjakannya telah menelan korban rakyat kecil.
“Itu uangnya sudah saya sobek – sobek”.
“Jadi, nanti nggak jualan dong pak?”
“Yach… bagaimana caranya mas, pinjam dulu dari pasar buat jualan”.
“Baiklah pak, nanti kalau pas lewat tempat saya mampir ya?”
“Insya’allah…”
Obrolanpun berlanjut ke banyak hal tentang kehidupan ini. Tentang ujian, qona’ah dan kematian. Saya sempat menjenguk ibu Suminem yang tergolek lemah dengan tubuh yang kurus karena digerogoti penyakit. Beliau berusaha tersenyum dan menyapaku dengan suara terbata – bata disamping sang suami yang terus membuktikan cintanya. Ada selaksa rasa yang tak sanggup saya tuliskan dengan pena. Do’aku, semoga beliau mendapatkan kesembuhan. Sungguh sebuah pelajaran berharga buat saya hari ini….

Melalui coretan sederhana ini, saya ingin menggugah kepedulian para pembaca semua dengan memberikan do’a buat kesembuhan istri pak Bani. Juga sekiranya berkenan, saya mengajak anda  menyisihkan sebagian rizky untuk membantu pengobatan dan perawatan istri beliau. Juga kalau memungkinkan bisa membantu permodalan agar beliau yang sebenarnya sangat dibutuhkan umat, karena kondisi,  kurang bisa berperan maksimal.

Donasi bisa di antar langsung ke rumah beliau Pantirejo rt 04, Tegaldowo, Gemolong, Sragen, Jawa Tengah atau bisa menghubungi RUMAH BACA KHAZANAH, Saren rt 11 rw 02, Kalijambe, Sragen, Jawa Tengah. HP: 081364021104

Share this article :

Posting Komentar

MENU LASKAR PENA SUKOWATI

KAPAL MAINAN

KAPAL MAINAN
PEMESANAN 081364021104
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Laskar Pena Sukowati - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger