SRAGEN -
Jumlah ternak di Kabupaten Sragen tahun ini mengalami penurunan hingga
29,28% dibandingkan 2011 lalu. Sebelumnya total ternak di Kabupaten
Sragen pada 2011 sebanyak 113.982 ekor, sementara tahun ini hanya
sekitar 80.609 ekor.Data itu didapatkan berdasarkan hasil
pemutakhiran data ST 2013 blok sensus di Kabupaten Sragen hingga 17 Mei
2013. Dari 20 kecamatan di Sragen, hanya Kecamatan Sidoharjo yang
pendataannnya baru mencapai 80%, sisanya sudah selesai. “Secara umum
pemutakhiran data berdasarkan sensus penduduk sudah mencapai 98,56
persen. Sisanya ditarget segera selesai ,” tegas Kepala BPS, Laeli
Sugiyono kepada Solopos.com.
Masih berdasarkan data BPS, rata-rata per kecamatan mengalami penurunan hingga 2.000-an ekor ternak. Penurunan paling banyak terjadi di Kecamatan Kedawung dan Gondang yang mencapai 36%. Menurut Laeli penyusutan jumlah ternak mayoritas terjadi pada hewan Sapi.
Laeli menambahkan penyebab utama penurunan ternak ini dikarenakan pada 2012 lalu sebagain besar petani menjual sapi-sapi mereka. Hal itu merupakan dampak dari isu impor daging sapi yang mengakibatkan harga daging sapi naik hingga beberapa kali lipat. “Kini peternak tidak melakukan penggantian ternak sapi yang terjual untuk dipelihara Karen akhawatir harga turun dan fluktuasi atau tidak stabil,” tegasnya.
Sementara itu, berdasarkan data ST sementara, pertanian masih menduduki urutan nomor satu sebagai sektor unggulan di Kabupaten Sragen. Meski demikian, berdasarkan hasil survey, pertanian di Sragen juga mengalami penurunan pada nilai produktivitasnya. “Memang banyak yang bekerja di pertanian. Tapi nilai produktivitasnya masih sangat rendah,” tukas Laeli.
Masih berdasarkan data BPS, rata-rata per kecamatan mengalami penurunan hingga 2.000-an ekor ternak. Penurunan paling banyak terjadi di Kecamatan Kedawung dan Gondang yang mencapai 36%. Menurut Laeli penyusutan jumlah ternak mayoritas terjadi pada hewan Sapi.
Laeli menambahkan penyebab utama penurunan ternak ini dikarenakan pada 2012 lalu sebagain besar petani menjual sapi-sapi mereka. Hal itu merupakan dampak dari isu impor daging sapi yang mengakibatkan harga daging sapi naik hingga beberapa kali lipat. “Kini peternak tidak melakukan penggantian ternak sapi yang terjual untuk dipelihara Karen akhawatir harga turun dan fluktuasi atau tidak stabil,” tegasnya.
Sementara itu, berdasarkan data ST sementara, pertanian masih menduduki urutan nomor satu sebagai sektor unggulan di Kabupaten Sragen. Meski demikian, berdasarkan hasil survey, pertanian di Sragen juga mengalami penurunan pada nilai produktivitasnya. “Memang banyak yang bekerja di pertanian. Tapi nilai produktivitasnya masih sangat rendah,” tukas Laeli.
Posting Komentar