Oleh : Ayatul Huda (Mahasiswi jurusan syari'ah islamiyah universitas Al Azhar Kairo Mesir)
Tahukah kau kawan, betapa takjubnya aku dengan negeri para Nabi ini? Tak pernah terfikirkan olehku akan menginjakkan
kaki di negeri ini. Bertemu para ulama dengan mudahnya, bahkan tiap harinya meminum air
nil. kata para senior, ’’ jika kalian telah meminum air ini, maka akan susah untuk melupakannya.” Terlepas dari benar atau tidaknya pernyataan ini, namun banyak realita yang
kutemukan, jika kakak- kakak kelasku telah menamatkan studynya dan pulang ketanah air,
mereka pasti akan merindukan suasana mesir dan segala isinya.
Masih teringat ketika awal kuinjakkan kaki di negeri ini, betapa jauhnya perbedaan negeri ini dengan negeri kita, INDONESIA. Mulai dari iklimnya yang jarang hujan, hijau pemandangan alamnya, ramah tamah penduduknya, bahkan dari makanannya pun sungguh sangat berbeda. Sempat terbesit dalam hatiku ‘’akankah aku bertahan disini ??” Tahukah kau jawabannya kawan? Aku sangat menikmati hari-hari disini. Bahkan aku sangat bersyukur telah Allah pilih dari jutaan manusia untuk menimba ilmu di negeri para Nabi ini, itulah jawabanku atas keraguan “akankah aku bertahan disini??
Mungkin memang Mesir jarang hujan bahkan hampir tak pernah, bahkan dalam satu tahun kita bisa menghitung berapa kali hujan turun mengguyur bumi negeri para Nabi ini. Ataupun dari hijaunya negeri ini. Seluas mata memandang maka anda akan menyaksikan padangpasir. Bahkan ketika sampai di bandaranya pun sudah trlihat dengan jelas padang pasirnya. Adapun dengan ramah tamahnya orang Mesir, memang sedikit berbeda dengan masyarakat Indonesia. Orang mesir lumayan terkenal dengan watak kerasnya, bahkan bukan hnya Mesir, Negara Arab biasanya terkenal dengan wataknya yang kasar. Maka sangat wajar jika dulunya Rasulullah di utus di negeri Arab. Karena memang cocok dengan karakter masyarakatnya. Namun bagaimanapun tentu ada juga yang lemah lembut dan sopan. Bahkan kami sering mengelompokan tipe masyarakat Mesir ini dengan dua tipe. Tipe pertama, seperti nabi MUSA dengan segala kelebihan dan kebaikan yang dimilikinya seperti yang kita tau. Adapun tipe kedua, seperti FIR’AUN yang terkenal sombong, keras kepala dan lain-lainnya.
Masih teringat ketika awal kuinjakkan kaki di negeri ini, betapa jauhnya perbedaan negeri ini dengan negeri kita, INDONESIA. Mulai dari iklimnya yang jarang hujan, hijau pemandangan alamnya, ramah tamah penduduknya, bahkan dari makanannya pun sungguh sangat berbeda. Sempat terbesit dalam hatiku ‘’akankah aku bertahan disini ??” Tahukah kau jawabannya kawan? Aku sangat menikmati hari-hari disini. Bahkan aku sangat bersyukur telah Allah pilih dari jutaan manusia untuk menimba ilmu di negeri para Nabi ini, itulah jawabanku atas keraguan “akankah aku bertahan disini??
Mungkin memang Mesir jarang hujan bahkan hampir tak pernah, bahkan dalam satu tahun kita bisa menghitung berapa kali hujan turun mengguyur bumi negeri para Nabi ini. Ataupun dari hijaunya negeri ini. Seluas mata memandang maka anda akan menyaksikan padangpasir. Bahkan ketika sampai di bandaranya pun sudah trlihat dengan jelas padang pasirnya. Adapun dengan ramah tamahnya orang Mesir, memang sedikit berbeda dengan masyarakat Indonesia. Orang mesir lumayan terkenal dengan watak kerasnya, bahkan bukan hnya Mesir, Negara Arab biasanya terkenal dengan wataknya yang kasar. Maka sangat wajar jika dulunya Rasulullah di utus di negeri Arab. Karena memang cocok dengan karakter masyarakatnya. Namun bagaimanapun tentu ada juga yang lemah lembut dan sopan. Bahkan kami sering mengelompokan tipe masyarakat Mesir ini dengan dua tipe. Tipe pertama, seperti nabi MUSA dengan segala kelebihan dan kebaikan yang dimilikinya seperti yang kita tau. Adapun tipe kedua, seperti FIR’AUN yang terkenal sombong, keras kepala dan lain-lainnya.
Adapun dengan makanannya orang Mesir makan NASI hanya di waktu SIANG saja, pagi dan malamnya mereka hanya memakan roti. Maka orang - orang Mesir sangat heran dengan mahasiswi Indonesia, Malaysia dan Thailand yang makan nasi hampir tiga kali sehari. Mereka terkagum - kagum dengan pola makan kita. Mereka makan nasi sehari ada alasannya, yaitu ”mereka takut gemuk.” Lalu bagimana dengan mahasiswi Asia yang hampir tiap waktu makananya nasi? Akhirnya kujelaskanlah bagaimana proses memasak nasi kita. Disanalah baru kutemukan jawabannya. Orang Mesir masak nasi memakai minyak, sedangkan kita pakai air saja. Beda Negara pastinya beda budaya dan cara. Bukankah disana letak keindahannya?
Anak- anak Mesir sejak play group sudah belajar Al Qur’an, dan ini berkesinambungan sampai kuliah. Tamat SMA mereka rata - rata sudah hafal Al-Qur’an. Jadi pas kuliah hanya tinggal mengulang saja. Dan ini khusus bagi yang SD nya di sekolah Azhar, subhanallah sekali... Sangat - sangat jauh perbandingannya dengan negara kita yang jarang menyelesaikan Al Qur’annya semenjak ia masih SMA. Mungkin ada, tapi jarang... Mungkin setidaknya bisa di jadikan ilmu untuk mendidik anak- anak di masa depan yang cinta Qur’an…
Sampai disini dulu ya, nanti kita sambung dengan pengalaman yang lain.
(to be continue.... Insya'allah)
+ komentar + 1 komentar
Mbak gimana cara dapet Beasiswa ke al azhar mesir?
Posting Komentar